KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tema
“PENDEKATAN ISLAM TERHADAP MANAJEMEN
PENDIDIKAN ”.
Makalah ini berisikan tentang Pengertian manajemen. Ketika
istilah manajemen banyak diadopsi oleh pihak dalam berbagai bidang kehidupan,
orang dengan mudah menganggap bahwa manajemen merupakan suatu konsep yang
sangat sederhana. Akhirnya, orang dengan mudah merangkai kata manajemen
dengan permasalahan yang harus di pecahkan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja untuk menyusun makalah ini dari awal sampai akhir.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya umat islam membawa
ajaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai
segi kehidupan manusia yang ajaran-ajarannya bersumber dari Al-qur’an dan
Hadits. Para ulama berbeda pendapat bahwa
keyakinan itu ada tiga macam, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yakin.
Ilmul yaqin yaitu keyakinan yang diperoleh dari jalan pikiran yang sehat
disertai bukti-bukti yang nyata. Ainul yaqin adalah memandang hal yang gaib
sama dengan memandang yang lahir. Haqqul yaqin adalah keyakinan pandangan yang
telah menyatu, tidak ada perbedaan diantara yang gaib dan yang lahir.
Ajaran keesaan Allah atau tauhid menjadi dasar bagi
pengetahuan dalam Islam. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan
menegaskan keesaan Allah SWT. Menurut Al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan,
tauhid adalah pengakuan bahwa Allah sebagai kebenaran Al-Haq itu ada, dan bahwa
Dia itu Esa. Jadi setiap orang yang meragukan kebenaran Allah, dan sebagai
sumber kebenaran adalah Allah swt adalah perbuatan syirik. Al-Faruqi
berpendapat menjadi seorang muslim berarti bahwa didalam kesadaran kita
senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim. Seseorang
yang menjadi Islam berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang
dikehendakiNya dan demi dia semata-mata.
B.
Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan tentang tauhid sebagai dasar pengetahuan dalam islam ?
2.
Mengetahui beberapa prinsip manajemen dalam al-quran ?
3.
Bagaimana Tinjauan manajemen pendidikan islam ?
BAB II
PENDEKAT ISLAM
TERHADAP MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Tauhid Sebagai Dasar dalam
Al-quran
Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi kepada akal
manusia. Dengan akalnya manusia dapat memahami ayat-ayat Allah, dan membedakan
yang baik dan buruk. Manusia memiliki status ciptaan Allah yang paling baik.
Bahkan keberadaan umat islam ditempatkan Allah sebagai umat terbaik diantara
umat lain. Pada hakikatnya umat islam membawa ajaran-ajaran bukan hanya
mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia yang
ajaran-ajarannya bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Manusia adalah umat
terbaik sesuai dengan Al-qur’an surat Al-imran ayat 110. Artinya: kamu adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Para ulama berbeda pendapat bahwa
keyakinan itu ada tiga macam, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yakin.
Ilmul yaqin yaitu keyakinan yang diperoleh dari jalan pikiran yang sehat
disertai bukti-bukti yang nyata. Ainul yaqin adalah memandang hal yang gaib
sama dengan memandang yang lahir. Haqqul yaqin adalah keyakinan pandangan yang
telah menyatu, tidak ada perbedaan diantara yang gaib dan yang lahir. 1
Ajaran keesaan Allah atau tauhid menjadi dasar bagi
pengetahuan dalam Islam. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan
menegaskan keesaan Allah SWT. Menurut Al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan,
tauhid adalah pengakuan bahwa Allah sebagai kebenaran Al-Haq itu ada, dan bahwa
Dia itu Esa. Jadi setiap orang yang meragukan kebenaran Allah, dan sebagai
sumber kebenaran adalah Allah swt adalah perbuatan syirik. Al-Faruqi
berpendapat menjadi seorang muslim berarti bahwa didalam kesadaran kita
senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim. Seseorang
yang menjadi Islam berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang
dikehendakiNya dan demi dia semata-mata.
Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber-sumber
kebenaran. Tuhan adalah pencipta alam dari mana manusia memperoleh
pengetahuannya. Objek pengetahuan adalah pola-pola alam yang merupakan hasil
karya Tuhan (kehendak dan kuasanya). Tuhan mengetahuinya secara pasti, sebab
Dia adalah penciptanya dan secara pasti pula Dia adalah sumbernya, dan
pengetahuanNya adalah mutlak dan universal. Allah sebagai Rabbul Alamin yaitu
sebagai pencipta alam beserta segala isinya. Rabb artinya mendidik dimana Allah
sebagai pendidik. Allah hanya memberi fasilitas hidup bagi manusia dengan
kelengkapan diri manusia tersebut. Dan manusialah yang mengusahakan bagaimana
mengembangkan bakat kognitif, psikomotorik, maupun akhlak budi pribadinya,
untuk menetapkan status didunia dan diakhirat nantinya. Tetapi manusia tidak
boleh sombong karena hakikatnya Allah yang memberikan ilmu oengetahuan yang
dimiliki manusia tersebut. Makna dari memahaminya adalah mengakui bahwa:
1. Tuhan itu ada dan Dia-lah
Allah.
2. Allah itu Esa dalam Dzat
(tak ada Tuhan lebih dari satu dan tak ada sekutu baginya), sifat (tak ada dzat lain yang memiliki
sifat-sifat ketuhanan yang sempurna), maupun perbuatan-Nya (tak seorang pun dapat
melakukan perbuatan seperti yang dilakukan Allah).
3. Allah menurunkan
agama yang benar, yaitu Islam, sebagai pedoman hidup manusia.
Berdasarkan pemahaman tersebut kita mengetahui bahwa Allah
adalah Rabb bagi semesta alam dan sumber kebenaran. Allah-lah yang paling tahu
apa yang baik dan benar bagi manusia. Maka, ilmu pengetahuan bersumber dari
Allah semata, yaitu yang diperoleh berdasarkan tuntunan Allah melalui wahyu (Al
Quran) dan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam semesta. Ajaran tauhid
mendorong agar manusia terus belajar untuk mendapatkan pengetahuan dan dalam
prosesnya kita tetap memegang prinsip dan nilai-nilai Islam yang menjadi
pedoman mengembangkan ilmu pengetahuan.
Al-Faruqi menjelaskan prinsip metodologi, tauhid
terdiri dari tiga prinsip, yaitu:
1. Penolakan terhadap segala
sesuatu yang tidak berkaitan realitas.
2. Penolakan
kontradiksi-kontradiksi hakiki.
3. Keterbukaan bagi bukti yang
baru, atau bertentangan.2
Muham Pada hakikatnya umat islam
membawa ajaran-ajaran bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai
berbagai segi kehidupan manusia yang ajaran-ajarannya bersumber dari Al-qur’an
dan Hadits. Manusia
adalah Artinya: kamu adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah.
Para ulama berbeda pendapat bahwa
keyakinan itu ada tiga macam, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yakin.
Ilmul yaqin yaitu keyakinan yang diperoleh dari jalan pikiran yang sehat
disertai bukti-bukti yang nyata. Ainul yaqin adalah memandang hal yang gaib
sama dengan memandang yang lahir. Haqqul yaqin adalah keyakinan pandangan yang
telah menyatu, tidak ada perbedaan diantara yang gaib dan yang lahir. Ajaran keesaan Allah atau tauhid menjadi dasar bagi
pengetahuan dalam Islam. Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan
menegaskan keesaan Allah SWT. Menurut Al-Faruqi sebagai prinsip pengetahuan,
tauhid adalah pengakuan bahwa Allah sebagai kebenaran Al-Haq itu ada, dan bahwa
Dia itu Esa. Jadi setiap orang yang meragukan kebenaran Allah, dan sebagai
sumber kebenaran adalah Allah swt adalah perbuatan syirik. Al-Faruqi
berpendapat menjadi seorang muslim berarti bahwa didalam kesadaran kita
senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim. Seseorang
yang menjadi Islam berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang
dikehendakiNya dan demi dia semata-mata.
1.Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Setiap Muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf, yaitu perbuatan yang baik dan terpuji seperti perbuatan tolong menolong (ta’awun), menegakkan keadilan di antara manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi dan lain-lain. Sedangkan perbuatan munkar, seperti korupsi, suap, pemborosan dan sebagainya harus dijauhi dan bahkan diberantas. Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahi munkar) adalah wajib, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104 : Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Setiap Muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf, yaitu perbuatan yang baik dan terpuji seperti perbuatan tolong menolong (ta’awun), menegakkan keadilan di antara manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi dan lain-lain. Sedangkan perbuatan munkar, seperti korupsi, suap, pemborosan dan sebagainya harus dijauhi dan bahkan diberantas. Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahi munkar) adalah wajib, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104 : Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
2. Prinsip Kewajiban Menegakkan
Kebenaran
Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan dan untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera serta diridhai Tuhan.
Kebenaran (haq) menurut ukuran dan norma Islam, antara lain tersirat di dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 81 ; Artinya : Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
3. Prinsip Kewajiban Menegakkan Keadilan
Hukum syari’ah mewajibkan umat Islam untuk menegakkan keadilan, kapan dan dimanapun berada. Sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 58 . Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”
Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan dan untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera serta diridhai Tuhan.
Kebenaran (haq) menurut ukuran dan norma Islam, antara lain tersirat di dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 81 ; Artinya : Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.
3. Prinsip Kewajiban Menegakkan Keadilan
Hukum syari’ah mewajibkan umat Islam untuk menegakkan keadilan, kapan dan dimanapun berada. Sebagaimana yang telah dijelaskan Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 58 . Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”
4. Prinsip Kewajiban Menyampaikan Amanah
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap Muslim untuk menunaikan amanah. Kewajiban menunaikan amanah telah dinyatakan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 58; Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap Muslim untuk menunaikan amanah. Kewajiban menunaikan amanah telah dinyatakan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 58; Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
C. Tinjauan Manajemen Pendidika Islam
Manajemen modern yang berasal dari Barat cenderung
mengasingkan manusia dari manusia di sekitarnya. Manajemen Barat juga
menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka sehingga menciptakan
manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya sebagai
manusia sosial. Manajemen modern ala Barat menghasilkan manusia-manusia yang
bekerja sampai larut malam tanpa ada lagi kesempatan untuk berkumpul dengan
keluarga atau melaksanakan kehidupan sosial dengan masyarakat di sekitarnya.
Dalam Islam, manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama. Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada sifat ri'ayah atau jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen.3
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tak merugikan perusahaan. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat ditentang oleh Islam. Seyogianya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Islam juga menekankan pentingnya unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen. Nabi Muhammad saww adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi Muhammad saww menempatkan manusia sebagai postulatnya atau sebagai fokusnya, bukan hanya sebagai faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi. Nabi Muhammad saww mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain) kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan stafnya. Manajemen Islam pun tak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi). Ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saww.
Dalam Islam, manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama. Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada sifat ri'ayah atau jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen.3
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tak merugikan perusahaan. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat ditentang oleh Islam. Seyogianya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Islam juga menekankan pentingnya unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen. Nabi Muhammad saww adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi Muhammad saww menempatkan manusia sebagai postulatnya atau sebagai fokusnya, bukan hanya sebagai faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi. Nabi Muhammad saww mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain) kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan stafnya. Manajemen Islam pun tak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi). Ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saww.
1.
'tauhid' yang berarti memandang bahwa segala aset dari
transaksi bisnis yang terjadi di dunia adalah milik Allah, manusia
hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
2. 'adil', artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan ''akad saling setuju'' dengan sistem profit and lost sharing.
3. adalah 'kehendak bebas.' Manajemen Islam mempersilakan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi Islam, yaitu halal.
4. adalah 'pertanggungjawaban.' Semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
Ciri manajemen Islami adalah amanah. Jabatan merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Seorang manajer harus memberikan hak-hak orang lain, baik mitra bisnisnya ataupun karyawannya. Pimpinan harus memberikan hak untuk beristirahat dan hak untuk berkumpul dengan keluarganya kepada bawahannya. Ini merupakan nilai-nilai yang diajarkan manajemen Islam.Ciri lain manajemen Islami yang membedakannya dari manajemen ala Barat adalah seorang pimpinan dalam manajemen Islami harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Contoh kecil orang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan dengan karyawan dan mengucapkan terima kasih ketika pekerjaannya sudah selesai. Bukankah memberikan senyum salah satu bentuk ibadah dalam Islam. Namun, kelembutan tersebut tak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika karyawan tersebut melakukan kesalahan, tegakkan aturan. Penegakkan aturan harus konsisten dan tak pilih kasih.
Selain itu, setiap pekerjaan harus dilandasi dengan niat yang baik. Karena, niat baik akan menuntun kita melakukan pekerjaan dengan baik untuk hasil yang baik pula. Islam mengajarkan sesuatu harus diawali dengan niat baik. Menjadi Manajer yang Ri'ayah. Bila Anda ingin menjadi manajer yang ri'ayah (berjiwa pemimpin):
1. Berikan perhatian atau kepedulian kepada bawahan.
2. Buat perencanaan kerja yang baik.
3. Bersungguh-sungguh dan teliti dalam melaksanakan rencana kerja.
4. Lakukan pengawasan secara terus-menerus.
5. Lakukan evaluasi hasil secara berkala.
6. Tegakkan disiplin dalam waktu kerja.
7. Memikul tanggung jawab terhadap hasil akhir. 4
2. 'adil', artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan ''akad saling setuju'' dengan sistem profit and lost sharing.
3. adalah 'kehendak bebas.' Manajemen Islam mempersilakan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi Islam, yaitu halal.
4. adalah 'pertanggungjawaban.' Semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
Ciri manajemen Islami adalah amanah. Jabatan merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Seorang manajer harus memberikan hak-hak orang lain, baik mitra bisnisnya ataupun karyawannya. Pimpinan harus memberikan hak untuk beristirahat dan hak untuk berkumpul dengan keluarganya kepada bawahannya. Ini merupakan nilai-nilai yang diajarkan manajemen Islam.Ciri lain manajemen Islami yang membedakannya dari manajemen ala Barat adalah seorang pimpinan dalam manajemen Islami harus bersikap lemah lembut terhadap bawahan. Contoh kecil orang manajer yang menerapkan kelembutan dalam hubungan kerja adalah selalu memberikan senyum ketika berpapasan dengan karyawan dan mengucapkan terima kasih ketika pekerjaannya sudah selesai. Bukankah memberikan senyum salah satu bentuk ibadah dalam Islam. Namun, kelembutan tersebut tak lantas menghilangkan ketegasan dan disiplin. Jika karyawan tersebut melakukan kesalahan, tegakkan aturan. Penegakkan aturan harus konsisten dan tak pilih kasih.
Selain itu, setiap pekerjaan harus dilandasi dengan niat yang baik. Karena, niat baik akan menuntun kita melakukan pekerjaan dengan baik untuk hasil yang baik pula. Islam mengajarkan sesuatu harus diawali dengan niat baik. Menjadi Manajer yang Ri'ayah. Bila Anda ingin menjadi manajer yang ri'ayah (berjiwa pemimpin):
1. Berikan perhatian atau kepedulian kepada bawahan.
2. Buat perencanaan kerja yang baik.
3. Bersungguh-sungguh dan teliti dalam melaksanakan rencana kerja.
4. Lakukan pengawasan secara terus-menerus.
5. Lakukan evaluasi hasil secara berkala.
6. Tegakkan disiplin dalam waktu kerja.
7. Memikul tanggung jawab terhadap hasil akhir. 4
1
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Hijri Pustaka Utama, 2009), h, 78.
2
Rosdiana, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Cita
Pustaka Media Perintis, 2009), h, 67.
3 Alwi
Al maliki Al Hasani, Keutamaan Umat Muhammad,(
Jakarta: Bintang Terang, 2001), h, 56.
4
Qomar Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta
: Erlangga, 2008), h, 45.
BAB III
PENUTUP
Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan
sumber-sumber kebenaran. Tuhan adalah pencipta alam dari mana manusia
memperoleh pengetahuannya. Pada hakikatnya umat islam membawa ajaran-ajaran
bukan hanya mengenai satu segi saja, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan
manusia yang ajaran-ajarannya bersumber dari Al-qur’an dan Hadits. Manusia
adalah umat terbaik sesuai dengan Al-qur’an surat Al-imran ayat 110. Artinya:
kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Adapun prinsip dalam manajemen :
1.Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
2. Prinsip Kewajiban
Menegakkan Kebenaran
3. Prinsip Kewajiban
Menegakkan Keadilan
4. Prinsip Kewajiban
Menyampaikan Amanah
Ada empat Etika
manajemen menurut Islam seperti yang dicontohkan Nabi
Muhammad saww.
1. 'tauhid'
yang berarti memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terjadi di
dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
2. 'adil',
artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau
kesepakatan kerja harus dilandasi dengan ''akad saling setuju'' dengan
sistem profit and lost sharing.
3.'kehendak bebas.‘adalah Manajemen
Islam mempersilakan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi
asas hukum ekonomi islam, yaitu halal.
4.pertanggungjawaban.‘adalah Semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
4.pertanggungjawaban.‘adalah Semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
\
DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :
Hijri Pustaka Utama, 2009.
Rosdiana, Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung :
Cita Pustaka Media Perintis, 2009.
Alwi
Al maliki Al Hasani, Keutamaan Umat Muhammad, Jakarta: Bintang Terang,
2001. Qomar Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta :
Erlangga, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar